Minggu, 11 November 2007

KITA DAN ALAM SEKITAR

Pangudarasa dan renungan orang awam

“ K E H I D U P A N K I T A “

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari ketergantungan kita terhadap alam sekitar kita, namun kita hampir tidak pernah memperhatikan kebutuhan alam disekitar kita apalagi memperhatikan alam diluar lingkungan kita berada, apalagi kita menyapa, mengasihi, mencintai dan mengucapkan terimakasih kepada alam.
Padahal alam, yaitu air, bumi dan udara juga termasuk titah ciptaan Tuhan seperti kita. Mereka juga hidup, mereka punya perilaku, bisa bergerak, bisa bersuara, berbisik, bisa sakit dan lain lain bahkan mereka bisa meronta ataupun menggeliat jika kehidupannya terganggu atau tidak nyaman.

Mungkin mereka bisa mendengar bahkan mungkin juga punya perasaan, sehingga mereka kadang-kadang berperilaku menyimpang karena terpaksa.
Perilaku alam menyimpang yang tidak seperti biasanya kita rasakan sebagai suatu musibah, ada yang mengatakan alam marah dan ada pula yang mengatakan sebagai azab. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Tuhan sudah bosan mendengar pinta kita ataupun Tuhan marah karena perilaku kita. Padahal Tuhan itu Maha adil, Maha pengasih, Maha penyayang dan Maha pemurah, jadi menurut pikiran saya Tuhan tidak akan pernah marah apalagi bosan mendengar pinta kita, tetapi karena kita sudah mendengar dan tahu akan perintah-Nya tetapi melaksanakannya dengan prosentase yang sangat kecil, bahkan ada yang tidak melaksanakannya dan sadar atau tidak, perilaku tersebut kita lakukan dalam kelompok yang sangat besar maka dengan pelanggaran-pelanggaran itu kita sekarang mulai menuai dan mendapatkankan hasilnya, kalau hal tersebut masih kita lakukan terus secara rutin dan tidak bosan-bosan, maka tentunya diwaktu mendatang kita akan panen raya musibah.

Manusia dahulu sudah berusaha membaca dan membahas perilaku, bahasa, bahkan hukum alam. Sampai sekarangpun manusia bisa memprakirakan dan menyiarkan apa yang akan dilakukan oleh alam, , masyarakat diminta waspada tapi tidak disiarkan bahwa kita akan panen raya bibit yang sudah kita semai bersama.

Budaya Cina mengenal Feng Shui, budaya Jawa mengenal Kawruh Kalang, budaya Bali mengenal Umah, dunia Barat mengenal ilmu Arsitektur yang semuanya mengisyaratkan hubungan timbal balik antara Buwana Ageng (alam raya ciptaan Tuhan) & Buana Alit (hunian untuk kehidupan ciptaan kita) padahal miturut Kanjeng Sunan Kali Jaga, kebudayaan sangat erat hubungannya dengan Agama yaitu “Budaya tanpa Agama bakal bubrah, Agama tanpa budaya kurang endah”

Bahkan manusia Jawa dulu percaya bahwa hidup didunia ini kita punya “Sedulur papat lima pancer” tunggal sak-kringkel atau tunggal petarangan yang seharusnya saiyek saeka-praya menuju kepada keselarasan hidup dalam menghadapi pengaruh-pengaruh yang membuat kita tidak nyaman bahkan menyengsarakan kita.
Beliau adalah:
Bapa Langit (udara, awan, angin, cuaca, atmosfir dll)
Ibu Pertiwi (bumi, tanah, tambang-tambang dll)
Kakang Kawah dan Adi Ari-ari (air kehidupan kita sejak kita diciptakan) dan yang bungsu adalah kita atau manusia.
.
Sebagai saudara tua tentunya beliau sangat mengasihi dan menuruti permintaan-permintaan sibungsu yang kadang-kadang diluar batas kemampuan saudara tua kita.
Kita bikin pengotor udara menggunakan bahan bakar yang kita peras dari perut ibu Pertiwi, akibatnya tubuh Bapa Langit pada bagian lapisan ozon berlubang dan bocor, Ibu Pertiwi yang selalu pasrah di paeka, tubuhnya banyak yang diplester dan disedot isi perutnya sampai kempềt, mungkin karena merasa kegerahan beliau menggeliat atau mungkin menggigil sampai muntah-muntah.
(bayangkan kalau tubuh kita banyak ditempeli plester)

Air adalah saudara tua kita yang pertama kali menyapa sejak kita diciptakan (bertemunya sperma dan telur), menurut buku, awalnya tubuh kita adalah 90% air, tetapi mengapa kita lupa mencintai air bahkan mungkin tidak pernah berterima kasih dan menyapa kepadanya dan juga saudara kita yang lain. Air dari Langit turun menghampiri dan hendak bertandang ke Ibu Pertiwi untuk bersama-sama menghidupi dan memanjakan manusia, namun sering terhalang karena tubuh Ibu Pertiwi sudah banyak yang tertutupi dengan bahan-bahan yang keras dan sulit ditembus air, kita hanya mempersilahkan air kotor, air limbah dan air tinja, maka air terpaksa segera berlari kencang dan karena terlalu kencang sampai-sampai dengan sangat terpaksa menabrak apa saja yang ada didepannya.

Karena ulah sibungsu yang sering manja menyuruh bahkan memperkosa saudara tuanya, tak heran jika beliau berempat kadang-kadang air berlari kencang, angin berputar-putar, bumi menggeliat dan langit tak kuasa melindungi dan menahan terobosan sorotan cahaya yang menyakitkan si bungsu. Pada awalnya beliau semua sampai dipenghujung abad XX masih melayani, membelai dan menyapa kita dengan ramah dan gratis, namun sekarang dan mungkin masa yang akan datang semuanya harus kita beli karena Air bersih, tanah untuk tanaman pot, udara sejuk dan kenyamanan mungkin semakin sulit didapatkan.

Tak bisa kita bayangkan besok yang akan terjadi lagi akibat beliau yang semakin tua, semakin pikun, semakin linglung padahal beliau pasti masih ingin selalu memanjakan kita si ragil mbeling, tetapi karena kita sering menyakiti, tidak menyayangi maka jika beliau didalam ngemong kita kurang berkenan di hati kita, kita menganggap beliau marah dan bosan terhadap kita. Mungkin juga jika besok kita sudah kembali keperut Ibu Pertiwi kita juga akan sedih karena hanya bertemu dengan air limbah-limbah dan kotoran-kotoran yang selalu dihimbau untuk ditanam atau dibenamkan kedalam perut ibu pertiwi, lemah cengkar karena dipaksa berproduksi lebih dengan selalu memberi bahan-bahan anorganik, sementara mas-intan-barleyan-mutu manikam yang indah selalu kita kuras.

Air adalah saudara yang sangat dekat dan sangat kita butuhkan, mungkin beliau mengerti bahasa kita masing-masing dan dapat diajak bicara maupun diminta pertolongannya.
Kita mulai hidup Airlah yang menyapa pertama kali, waktu Nabi Musa AS mohon pertolongan Allah, dua belas pancuran airlah yang diutus-Nya, Air pula yang menyelamatkan Nabi Nuh AS dan mereka yang melaksanakan perintahnya, Pembabtisan Umat Kristen dengan Air atas Nama Allah, Wudhlu dengan Air yang kita ajak bicara, Tanda Salib dengan Air dalam Asma Allah, Percikan Air Suci di Bali setelah doa kepada Hyang Widhi Washa dan masih banyak Air Suci yang lain, selain Air Suci ada pula
Tirta Perwita Sari, Air penyembuh dari Paranormal/Tabib, Tirta Marta, yang dipercaya jika diajak bicara dan di jawab(baca:diminta) bisa membersihkan batin kita dan menyembuhkan sakit jiwa maupun raga kita seperti jawab kita kepada Air tersebut, bahkan Air Zam-zam dan Air dari Goa Maria akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya, barang siapa yang meminumnya ingin kenyang dia kenyang, yang meminumnya ingin sembuh dia sembuh.

Tulisan ini jauh dari sempurna dan ditulis pada saat merasakan lunturnya budaya Jawa ketidak nyamanan, berita bencana dan mahalnya barang-barang yang seharusnya gratis
Catatan sak-elinge tembang-tembang lawas kang isi piweling, pitutur kang migunani
Dimulai dari Mijil (keluar/lahir) Mas Kumambang, Kinanthi, Sinom, Asmaradana, Gambuh, Dandang Gula, Durma, Megatruh, Pucung

M I J I L
Dedalane, guna lawan sekti
Kudu andhap asor
Wani ngalah luhur wekasane
Tumungkula yen dipun dukani
Bapang den simpangi
Ana catur mungkur

Poma kaki, padha dipun eling
Mring pitutur ing ngong
Sira uga, satriya arane
Kudu anteng jatmika ing budi
Ruruh sarta wasis
Samubarangipun

MAS KUMAMBANG
Pindha sangsam ingkang ngorong kirang warih
Pados toya sendang
Sukmanya nggenira ngesthi
Hangesthi dhateng Pangeran

K I N A N T H I
Padha gulangen ing kalbu
Ing sasmita amrih lantip
Aja pijer mangan nendra
Kaprawiran den kaesthi
Pasunen sarira nira
Cegah dhahar lawan guling

S I N O M
Amenangi jaman edan
Ewuh haya ing pambudi
Melu edan ora tahan
Kalamun dhatan nglakoni
Dhatan kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Dilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali
Isih begja kang eling lawan waspada

ASMARADANA
Gegarane wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Amung ati pawitane
Luput pisan kena pisan
Yen gampang luwih gampang
Yen angel angel kelangkung
Tan kena tinumbas arta

Kala kula taksih alit
Winulang ing wayah rina
Dipun gendhong kewer-kewer
Yen ngantuk kalela-lela
Makaten lampah amba
Enjing siyang sonten dalu
Sanget ing panuwun kula

G A M B U H
DANDANG GULA
D U R M A
MEGATRUH
P U C U N G


Jebeng, Arabe garapen Jawane gawanen
Tahun hijriyah: mikir pindah seka kang ala menyang kang becik
Kentongan------kothong2
Bedhug-------Deng!!!!------isih sedheng

Rumangsa handarbeni
Melu hangrungkebi
Mulat sarira hangrasa wani
.
.
Oleh Bpk Tio Nugroho

0 komentar: